Senin, 31 Desember 2012

Air Panas Semurup, Kerinci

Air Panas Semurup, Kerinci - Taken 31 December 2012

Obyek wisata Air panas Semurup ini terletak di Desa Air Panas Baru Kecamatan Air Hangat,berjarak kira-kira 11 Km dari Kota Sungai Penuh,ibukota kab Kerinci. Air Panas yang keluar dari perut bumi merupakan hasil kegiatan vulkanik, dengan luas permukaan ± 15 m2 membentuk sebuah kolam kecil yang selalu mengepulkan asap.

Air Panas Semurup, Kerinci - Taken 31 December 2012

Jika wisatawan berkunjung ke obyek wisata air panas Semurup ini,wisatawan dapat melakukan beberapa kegiatan diantaranya, merebus telor atau pisang dengan air panas yang mendidih dengan cara memasukkan telur atau pisang tersebut kedalam jaring dan di celupkan ke dalam air yang mendidih tersebut tetapi harus hati-hati jangan sampai kecebur,bisa fatal akibatnya. Disamping itu, ada juga fasilitas kamar mandi yang di gunakan untuk berendam,guna penyembuhan beberapa penyakit,seperti penyakit kulit dan remautik ( Health Tourism ). Tidak jauh dari obyek utama terdapat pula sumber air panas yang unik yang juga ramai dikunjungi oleh wisatawan.

Air Panas Semurup, Kerinci - Taken 31 December 2012



Nah berkunjunglah ke Air Panas Semurup.














Sumber Teks : http://wisatakabkerinci.blogspot.com
Foto : Koleksi Pribadi

Pemandangan Danau Kerinci Nan Menawan

Danau Kerinci - Taken 31 December 2012

Pemandangan di sekitar danau ini begitu menawan. Mata Anda tak akan bosan melihat hamparan air yang jernih dilatarbelakangi barisan pegunungan yang anggun. Di tengah danau terlihat perahu-perahu nelayan sedang mengarungi permukaan airnya yang tenang. Di desa-desa sekitar danau, terdapat sejumlah batu berukir peninggalan masa megalit dari 2.000 tahun yang lalu.
Danau Kerinci terletak di kaki Gunung Raja dan merupakan danau vulkanik  seluas 4.200 hektar dengan kedalaman 110 meter, dengan ketinggian 783 meter di atas permukaan laut dan memiliki kelililing sepanjang 70 km. Secara administratif termasuk dalam Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan Keliling Danau.
Danau Kerinci - Taken 31 December 2012

Danau Kerinci - Taken 31 December 2012
Danau Kerinci merupakan danau kedua terbesar di Sumatera. Keindahannya selalu dikaitkan dengan legenda yang ada di Kerinci. Adalah Calupat dan Calungga dua bersaudara kembar yatim piatu yang tinggal di kaki Gunung Kerinci. Mereka memiliki pusaka Merah Delima dan Batu Putih peninggalan orang tuanya. Suatu hari Calungga pergi berburu seorang diri, dalam perjalanan ia menemukan sebutir telur raksasa. Telur itu kemudian dibawa pulang untuk diperlihatkan kepada Calupat adiknya namun ternyata Calungga memutuskan untuk memakan telur itu seorang diri. Setelah menyantap telur raksasa, Calungga kehausan tetapi ternyata kehausan Calungga berbeda. Ia meminum air sungai sekitar Gunung Kerinci yang menyebabkan sungai menjadi kering. Tubuh Calungga lama-kelamaan berubah, memanjang dan memiliki sisik-sisik emas sebesar nyiru. Calungga berubah menjadi seekor naga raksasa dengan batu mustika merah delima di kepalanya. Untuk menguji kesaktiannya, Naga Calungga memohon kepada segala dewa di bumi sakti alam Kerinci agar dapat menggenangi lembah dengan air sehingga terbentuklah danau besar. Putaran tubuh naga tersebut membentuk sebuah danau yang sekarang disebut Danau Bento di kaki Gunung Kerinci.Calupat adik Calungga tak kuasa hidup seorang diri, ia minta naga Calungga mengantarkannya ke perkampungan penduduk di sebelah Timur matahari terbit agar ia dapat hidup berdampingan dengan penduduk. Maka ditiup oleh sang naga sebuah muara dengan angin sakti yang sekarang ini menjadi sebuah sungai yang dinamai Sungai Muara Angin (Sungai Batang Merangin). Kemudian air menyusut karena terbawa arus naga Calungga yang menghilir ke Timur sehingga berobah menjadi sebuah lembah yang dinamai Renah Kerinci dan sebuah danau yaitu Danau Kerinci sekarang. Pada saat kedatangan mereka dihadapan penduduk sepanjang aliran sungai besar, Calupat duduk di atas kepala naga. Maka penduduk saat itu juga langsung menobatkan Calupat sebagai raja yang bergelar Sang Hyang Jaya Naga.
Kabupaten Kerinci memiliki beragam kesenian daerah bernuansa Islami yang ditopang kelompok-kelompok seni tersebar di berbagai daerah perdesaan. Pertunjukan kesenian daerah umumnya dikaitkan dengan acara serimonial seperti pernikahan, menyambut kelahiran seorang bayi, peresmian rumah tempat tinggal, acara sunatan anak laki-laki, dan bentuk acara lainnya.
Sumber Foto : Koleksi Pribadi

Jumat, 14 September 2012

Taman Anggrek Jambi

TRIBUNNEWS.COM -- TAMAN Anggrek yang diresmikan pada tahun 1984 ini, dikelola oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi pada 19 November 2010. Tempat ini merupakan salah satu tempat wisata yang ada di Kota Jambi.

Saat Tribun mengunjungi Taman Anggrek, Senin (27/8/2012) lalu, banyak juga yang mengunjungi taman ini. Sayangnya tak semua pengunjung mengetahui kalau Taman Anggrek sebenarnya menjadi tempat wisata.
Ide, salah seorang pengunjung Taman Anggrek ditemui Tribun saat sedang bersama pasangannya mengatakan, ia baru pertama kali berkunjung ke Taman Anggrek ini.
"Saya baru tahu kalau di sini bisa dikunjungi, awalnya tahu dari teman, kalau Taman Anggrek. Tempatnya bagus tetapi anggrek-anggrek di sini kurang mekar," katanya.
Hal tersebut ditanggapi oleh Suwahyu Adi, penjaga Taman Anggrek. Menurutnya sebagian anggrek sedang terserang penyakit, dan masih dalam penyembuhan. Untuk lebih mengenalkan Taman Angrek, pihaknya telah membuat promosi taman berupa penyebaran brosur dan stiker ke berbagai tempat keramaian.
"Kami mengupayakan semua tanaman anggrek ini supaya mekar dan indah dengan cara disirami 2 kali sehari rutin dan diberi pupuk seminggu sekali agar subur," ujarnya.
Ia juga mengatakan, jumlah pengunjung pada awal Januari hingga Agustus tahun ini sedikit ini di luar dugaan. Ia sendiri tak menyangka pengunjung Taman Anggrek bisa seramai sekarang ini.
"Tahun lalu, Dispenda menargetkan pendapatan per tahun hanya Rp 3 juta saja, tetapi pemasukan yang kami dapat saat itu sebesar Rp 9 juta. Awal Januari hingga Agustus 2012 ini mengalami peningkataan yang sangat besar, sekitar Rp 79 juta," katanya.
Koleksi tanaman yang ada di UPTD BPTA dan KJ dikelompokkan menjadi, anggrek alam, anggrek hybrida, tanaman hias, tanaman obat, dan tanaman buah langka. Koleksi dari anggrek alam berjumlah 60 jenis yang berasal dari Kabupaten atau Kota se-Provinsi Jambi, sedangkan anggrek hybrida yang dikenal dengan anggrek persilangan berjumlah 42 jenis.
Suwahyu Adi mengatakan, Dinas Pertanian mengeluarkan dana sebesar Rp 52 juta untuk mengurus tanaman-tanaman yang ada di UPTD BPTA dan KJ ini.
"Bahan-bahan untuk perawatan itu di antaranya pupuk kandang, serbuk gergaji, sabut kelapa, herbisida, insectisida, fungisida, pupuk daun, dan bahan-bahan Laboratorium," katanya.
Juru kunci Taman Anggrek juga telah merencanakan renovasi dan tambahan bangunan seperti musala, outbond, kantin dan materi-materi taman lainnya, agar menambah kenyamanan taman tersebut.
"Kami berupaya sebaik mungkin untuk membuat taman ini menjadi nyaman, dan salah satunya untuk membuat wisatawan-wisatawan dari kota lain tertarik untuk berkunjung ke Kota Jambi," tutupnya.


Sumber teks : http://www.tribunnews.com
Foto : koleksi pribadi

Kamis, 16 Agustus 2012

National Monument (Monas) is The Symbol Of Jakarta

Indonesia National Monument or what Indonesian and Jakarta people usually call as Monas is a monument built to remember the struggle of Indonesian heroes fighting the colonial domination. Monas was built based on the idea of the first president of Indonesia, Ir. Soekarno, with the help of Sudarsono and F. Silaban as the architect, and Ir. Rooseno as the consultant. It’s builts on an area with a width of 80 hectares. Monas was officially open on 17th August 1961 by President Soekarno, and publicly open on 12th July 1971.
The top of Monas shaped like a flame, symbolizing a never extinguished spirit of Indonesian people. The flame was made of bronze medal which weight was 14.5 ton, and was plated with 35 kg gold. The flame has 6 meters diameter and consist of 77 concentrated parts.
The standing pillar of Monas which height is 137 meters, symbolizing a rice pestle, while the cup symbolizing a rice barn. Rice pestle and barn are traditional tools to pound rice, figuring out Indonesia as an agricultural country. They’re also regarded as the symbol of Indonesian people’s fertility, and as the symbol of male and female.
Jakarta people usually utilize Monas area as a place for sport activities, in the morning and afternoon time. Most people visit Monas on weekend and holidays. http://www.indonesia-travel-guide.com

Malioboro Street in Yogyakarta

Malaiboro Street - Taken 3 July 2012

Malioboro is the most famous street in Yogyakarta. Located in the heart of Yogya, this is the city’s main street, and was once the ceremonial avenue for the Sultan to pass through on his way to and from the Keraton. During such occasions Malioboro would be festively decorated with flowers. Some say that the name Malioboro” derives from the name of the British governor Marlborough from the era when Britain ruled the archipelago, between 1811-1816.
Near the north gate of the Keraton or palace are grand Dutch colonial buildings that are now the Central Post Office and the Bank Dagang Negara. Walking further north is the well laid out State Guest House, which was once the home of the Dutch Resident, but which after Independence became the presidential palace when Yogya was the capital of the young Republic. President Soekarno stayed here between 1946-1949.
Across the road is the Vredenburg fort, which used to be the barracks of Dutch soldiers and is now a center for arts and painting exhibitions.
On the same side of the road is Beringharjo market, Yogya’s crowded main market, where you can buy batik and souvenirs at cheap prices.  http://www.indonesia.travel

Singkarak Lake in West Sumatra

 
Singkarak Lake - Taken 29 December 2011

Lake Singkarak (IndonesianDanau Singkarak) is a lake in West SumatraIndonesia. It is located between the cities of Padang Panjang and Solok. It has an area of 107.8 km², being approximately 21 km long and 7 km wide. The natural outlet for excess water is the Ombilin river which flows eastward to the Strait of Malacca. A hydroelectric project however has diverted most of the lake outflow to the Anai river which flows westward into the Indian Ocean near Padang. This Singkarak power station uses this water to generate power for the West Sumatra and Riau provinces. A species of fish called ikan bilih(Mystacoleucus padangensis) is endemic to the lake, and is harvested for human consumption. A railway line, which connects Padang and Sawahlunto-Sijunjung, skirts the length of the lake on the eastern side. http://en.wikipedia.org